Senin, 05 Desember 2011

Abdul Muhsin Al-Abbad - Rektor Universitas Islam Madinah


Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad
Beliau adalah al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara’ asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-’Abbad al-Badr -semoga Allah memelihara beliau dan memperpanjang usia beliau dalam ketaatan kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza wa Jalla.
 
Beliau lahir di ‘Zulfa’ (300 km dari utara Riyadh) pada 3 Ramadhan tahun 1353H. Beliau adalah salah seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih memberikan pelajaran Sunan Turmudzi. Beliau adalah seorang ‘Alim Robbaniy dan pernah menjabat sebagai wakil mudir (rektor) Universitas Islam Madinah yang waktu itu rektornya adalah al-Imam Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-.

Beliau sangat dekat dengan al-Imam al-Allamah Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-, bahkan karena kedekatan beliau dengan al-Imam, ketika Imam Bin Bazz tidak ada (tidak hadir) maka Syaikh Abdul Muhsinlah yang menggantikan beliau, sehingga tak heran jika ada yang mengatakan bahwa Universitas Islam Madinah dulu adalah Universitasnya Bin Bazz dan Abdul Muhsin.

Semenjak kecil beliau telah biasa berkutat dengan ilmu, sehingga ketika beliau telah menginjak dewasa, tampak pada beliau perangai dan skill sebagai seorang muhadits yang ulung, yang sering dirujuk oleh masyaikh dan thullabul ilmi lainnya. Kedekatan beliau dengan masyaikh kibar telah mengukir keilmuan beliau hingga saat ini, dimana usia beliau saat ini kurang lebih 73 tahun dan beliau masih sanggup untuk memberikan muhadharah dan nasihat dan menyampaikan pelajaran hadits (terutama Sunan Abi Dawud) baik riwayah maupun dirayah.
Beliau juga masih menjadi dosen di Universitas Islam Madinah dengan izin khusus kerajaan yang mana hal ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam berdakwah dan menuntun ummat ke jalan yang lurus dan benar.

Diantara guru-guru beliau adalah :

al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim -rahimahullahu-
al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi -rahimahullahu-
al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah -rahimahullahu-
dan masih banyak lagi. Yang disebutkan di atas adalah guru-guru beliau yang paling mempengaruhi diri beliau.
Beliau memiliki putra yang juga ‘alim yang bernama Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, yang produktif dan cemerlang. Beliau memiliki banyak murid, diantaranya adalah :Syaikh al-Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhaly
Syaikh al-Allamah Ubaid al-Jabiry
Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani al-Jazairy
Syaikh al-Allamah Sulaiman ar-Ruhaily
Syaikh al-Allamah Ibrahim ar-Ruhaily
Dan masih banyak lagi.

(Rektor Universitas Islam Madinah)



Saya adalah salah seorang yang sangat butuh kepada Allah, 'Abdul-Muhsin ibn Hamad ibn 'Abdul-Muhsin ibn 'Abdullaah ibn Hamad ibn 'Uthmaan Aal-Badar dan keluarga Aal-Badar adalah dari Aal-Jalaas dari suku ‘Unzah yang merupakan salah satu dari suku-suku al-'Adnaaniyyah dan kakek saya 'Abdullaah menambahkan nama 'Abbaad kepada saya dan  beberapa anaknya sehingga kemudian menjadi dikenal dengan nama ini. Ibu saya adalah anak dari paman dari ayah saya - Abu Sulaymaan ibn 'Abdullaah Aal Badar.



Saya dilahirkan beberapa saat setelah shalat ‘isya pada sabtu malam tepatnya pada tanggal 3 Ramadhan 1353 H di kota Az-Zulfah yang berjarak 300 km ke utara dari kota Riyadh.



Saya mulai belajar membaca dan menulis dari 'Abdullaah ibn Ahmad al-Munay' dan kemudian Zayd ibn Muhammed al-Munayfee dan kemudian 'Abdullaah ibn 'Abdur-Rahmaan al-Ghayth dan atas bimbingan beliau saya menyelesaikan Al-Qur.aan dan kemudian Faalih ar-Roomee.



Pada saat sekolah dasar telah didirikan di kota Zulfah pada tahun 1368 H, saya dipindahkan kesana pada tingkat 2. Ketika saya telah menyelesaikan sekolah dasar pada 1372 H, kemudian saya melanjutkan ke Ma’had Al-‘Ilmi di Riyadh selama beberapa tahun, setelah lulus kemudian melanjutkan studi di fakultas Syari’ah.



Ketika menginjak tahun terakhir saya di fakultas, saya diangkat menjadi staf pengajar di Ma’had ’Ilmi di Buraidah pada 13 Jumadil ‘ula 1379 H. Kemudian setelah menyelesaikan tahun akademik, saya kembali ke Riyadh untuk duduk dalam ujian terakhir saya di fakultas. Alhamdulillah, Allah memberikan karunia kepada saya dalam ujian ini (dengan nilai tertinggi) dan saya menjadi yang pertama dari seluruh mahasiswa yang totalnya ada 80 orang serta menjadi orang keempat yang lulus dengan nilai tertinggi dari fakultas syari’ah. Selain itu, saya juga memiliki nilai tertinggi dari lulusan fakultas tersebut selama tiga tahun terakhir. Setelah saya menerima sertifikat dari Ma’had ’Ilmi di Riyadh pada tahun 1380 H, akhirnya saya kembali mengajar pada Ma’had tersebut.



Ketika Universitas Islam Madinah telah selesai didirikan, Allah memberikan karunia kepada saya sehingga dipilih oleh syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh untuk mengajar disana. Fakultas pertama yang didirikan adalah fakultas Syari’ah yang kelasnya dimulai pada pekan kedua jumadil tsani 1381 H. dan atas kemurahan Allah akhirnya saya dapat memberikan pengajaran pada hari itu. Semenjak hari tersebut hingga saat ini saya tetap mengajar di universitas dan tidak ada seorang pun staf pengajar disana sejak universitas tersebut didirikan hingga saat ini yang telah mengajar lebih lama dari pada saya.



Pada tanggal 30 Rajab 1393 H, saya diangkat oleh deputi untuk menjadi Rektor di Universitas Islam Madinah setelah dipilih oleh Raja Faisal untuk posisi ini. Saya merupakan salah satu dari 3 (tiga) orang yang diusulkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz yang sebelumnya menjabat sebagai Rektor Unversitas islam Madinah ini.



Perjalanan pertama saya keluar dari kota Zulfah adalah ke kota Makkah untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun 1370 H dan setelah itu ke Riyadh untuk memberikan pengajaran di Ma’had Al-’Ilmi.



Buku pertama yang terdapat dalam perpustakaan pribadi saya adalah fotocopy kitab Bulughul Maram karya Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqolani. Saya memperoleh kitab tersebut sebelum saya memulai sekolah dasar.

                                                                               

Inilah beberapa riwayat dari apa yang dapat saya sampaikan tentang diri saya dimana hal ini hanya merupakan pengingat bagi kita akan karunia Allah dan ini adalah sedikit dari apa yang telah saya lakukan (dalam hidup ini).



Saya memohon kepada Allah agar memberikan kepada saya keberhasilan dalam menyampaikan kebenaran (da’wah-pent.) dan agar senantiasa ikhlas dalam setiap melaksanakan aktivitas serta agar memperoleh ganjaran kebaikan atas ilmu dan aktivitas tersebut, sesungguhnya Dia (Allah) lah yang maha mendengar dan mengabulkan do’a hamba-Nya.

Kedudukan Syaikh
  Beliau adalah seorang muhaddits (pakar hadits) di Madinah dan merupakan benteng yang kokoh bagi Dakwah Salafiyah dalam menghadapi fitnah hizbiyah. Beliau sangat antusias dan bersemangat dalam berdakwah di jalan Allah dan dalam memberikan pelajaran kepada para tholabatul ilmi, baik di masjid Nabawi maupun di Universitas Islam Madinah, khususnya di fakultas Syariah. Bahkan bisa dikatakan, beliau adalah dosen senior disana sekarang, karena beliau sudah menjabat wakil rektor pada zaman Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah. Di zaman Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah beliau mengajar kitab fiqih "Bidayatul Mujtahid", tapi sekarang beliau mengajar Aqidah.
  Adapun di masjid Nabawi, secara rutin beliau memberikan pelajaran hadits khususnya kutubus sittah (enam kitab hadits, yaitu Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah dan Sunan Nasa'i). Sekarang beliau mengajarkan sunan Tirmidzi setelah kurang lebih 5 tahun mengajar sunan Abu Dawud. Dalam mengajarkan hadits, beliau menjelaskan matan (makna) hadits beserta sanadnya (para perowinya). Dan dalam menghukumi hadits shohih atau tidak, beliau banyak merujuk kepada Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rahimahullah.
  Beliau juga aktif berdakwah dimusim haji, baik di kota Mekah maupun Madinah serta Masy'aril Haram. Pada saat mendekati hari-hari haji, biasanya beliau meliburkan sementara kajian hadits di masjid Nabawi dan beliau menggantinya dengan kajian tentang tauhid bagi jamaah haji.
  Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memanjangkan umur beliau diatas keta'atan kepada-Nya dan membalas semua jasa-jasa beliau didunia dan akhirat nanti.
  
  Guru-guru beliau
  Tidak diragukan lagi bahwa Syaikh dengan keluasan ilmu yang beliau miliki telah banyak menimba ilmu dari para ulama sebelum beliau, sebagaimana kebiasaan para salaf dahulu. Mereka (para salaf) menganggap belajar dengan cara otodidak adalah suatu aib bagi penuntut ilmu. Imam Syafi'i Rahimahullah mengatakan : "Barangsiapa yang hanya belajar dari buku-buku (otodidak), maka dia telah menyia-nyiakan hukum-hukum". Dan sebagian ulama yang lain mengatakan : "Termasuk sebesar-besarnya musibah adalah belajar hanya dari buku (otodidak)". Dahulu pernah dikatakan : "Barangsiapa gurunya hanya buku maka kesalahannya lebih banyak dari kebenarannya".[2]
  Diantara guru-guru beliau yang sering beliau sebut-sebut dalam majelis ilmu khususnya di Masjid Nabawi adalah Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah, Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi Rahimahullah serta Syaikh Al-Albani Rahimahullah[3] dan lain-lain.
  
  Murid-murid beliau
  Dengan kearifan dan keilmuaan beliau khususnya dalam masalah hadits, banyak sekali para penuntut ilmu yang belajar dari beliau. Syaikh memiliki majelis ilmu dimasjid Nabawi setiap hari ba'da maghrib sampai isya' (kecuali hari kamis) yang dihadiri oleh ratusan para penuntut ilmu. Diantara yang hadir di majelis beliau juga para dosen universitas Islam Madinah. Diantara murid beliau adalah :
  1-      Putra beliau sendiri, Syaikh Doktor Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al-'Abbad Al-Badr â?"hafizhahullahu- yang selalu aktif menghadiri majelis Syaikh di masjid Nabawi dan aktif berdakwah dikampus seperti mengisi kultum subuh dan muhadhoroh dimasjid kampus setiap hari kamis. Beliau memiliki banyak karya ilmiah, diantaranya : Fiqih Al-Adzkar wal 'Ad'iyah, Asbaabu ziyaadatil iman wa nuqshoonihi, Al-Quthuuf Al-Jiyaad min hikami wa ahkaamil jihad, Al-Qoulus sadiid fir roddi 'ala man ankaro taqsiimat tauhid, At-Tuhfatus saniyah syarhu mandzumati Ibni Abi Daud al-haiyah dan lain-lain.
  2-      Syaikh Abdul Malik bin Ahmad bin Mubaarok Romadhoni Al-Jazaairi â?"hafizhahullahu- penulis kitab "Madaarikun Nazhor fis Siyaasah"[4], "Khuroofah Haroki", "Sittud Duror fii Ushuuli Ahlil Atsar", "Fataawal Ulama Al-Akaabir fiima Uhdiro min dimaail Jazaair" dan lain-lain. Beliau sampai saat ini masih mulaazamah (belajar) dengan Syaikh. Beliau amat paham tentang seluk-beluk harokah dan sangat paham dalam menyingkap kedok mereka, karena beliau telah menyaksikan sendiri betapa bahayanya harokah-harokah tersebut bagi dakwah Islamiyah khususnya di Al-Jazaair tempat kelahiran beliau. Maka tidak aneh jika banyak orang-orang harokah yang memfitnah dan benci kepada beliau. Pernah dua tahun yang lalu (1424H/2003 M) saya mendengar salah seorang mahasiswa Universitas Madinah dari Maroko yang amat benci kepada beliau mengatakan bahwa telah terjadi perselisihan berat antara Syaikh Abdul Muhsin dengan Syaikh Abdul Malik hingga Syaikh Abdul Malik yang dulunya tinggal dekat dengan rumah Syaikh
 pindah agak menjauh darinya. Oleh karenanya, beberapa hari setelah itu saya datang ke masjid yang biasanya Syaikh Abdul Muhsin sholat disana untuk menanyakan hal tersebut. Syaikh Abdul Muhsin pun menjawab bahwa tidak pernah ada kejadian seperti itu dan beliau menegaskan bahwa Syaikh Abdul Malik sampai detik itu masih belajar dengan beliau. Inilah kedustaan para harokah kepada para masyaayikh Dakwah Salafiyah.
  3-      Syaikh Robi' bin Hadi Al-Madkholi[5] â?"hafizhahullahu- yang sudah tidak asing bagi para penuntut ilmu akan keilmuan dan ketegaran beliau diatas manhaj salaf. Beliau banyak berjasa dalam membela dan memperjuangkan dakwah Salafiyah serta membasmi dan menyingkap hizbiyah seperti yang termaktub dalam tulisan-tulisan beliau (khususnya yang berkaitan dengan kesesatan Sayyid Quthub) diantaranya : Mathoo'in Sayyid Quthub fii Ashhaabi Rasulillah r, Adhwaaun Islaamiyah 'ala Aqidah sayyid Quthub, Al-Mahajjah Al-Baidho' fii himaayatis sunnah Al-Ghorro', Jamaah waahidah laa Jamaa'aat, Manhajul Anbiya' fid dakwah illallahi, Manhaju ahli sunnah wal jamaah fii naqdir rijal wal kutub wath thowaaif dan lain-lain.
  4-      Syaikh Falih Al-Harbi â?" waffaqahullahu ilal haq- yang kini menyimpang kejalan Haddadiyah dan dibantah oleh Syaikh Abdul Muhsin dalam kitabnya "Al-Hatstsu 'ala ittibaais sunnah", karena beliau berlebih-lebihan dalam mentahdzir ahlu sunnah (para masyayikh salafiyyun).
  5-      Syaikh Ali At-Tuwaijiri â?"hafizhahullahu- dosen tafsir di Universitas Islam Madinah. Beliau sering menasehati mahasiswa Indonesia untuk duduk dimajelis Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbad â?"hafizhahullahu-.
  6-      Dan lain-lain.
  
 
Karya-karya ilmiah Syaikh
  Meskipun beliau memiliki kesibukan untuk mengajar di kampus dan di masjid Nabawi, beliau juga banyak memiliki karangan-karangan dan tulisan-tulisan yang amat berharga sekali bagi penuntut ilmu. Diantaranya adalah :
  1-      Qothful janaa Ad-daani Syarhu muqoddimah risaalah Ibnu Abi Zaid Al-Qoiruwaani.
  2-      Syarhu Hadiits Jibril fii Ta'liimiddiin
  3-      Fathu Al-Qowiyyil matiin fii Syarhil Arba'iin wa tatimmatil khomsiin
  4-      Al-Hatstsu 'ala ittibaais sunnah wat tahdziir minal bida' wa bayaani khothoriha.
  5-      Rifqon ahlas sunnah bi ahlis sunnah.[6]
  6-      Atsarul ibaadaat fii hayaatil muslim
  7-      Kaifa nastafiidu minal kutubil hadiitsati as-sittati
  8-      Biayyi 'Aqlin wa diinin yakuunu At-Tafjiir wat tadmiiru jihaadan.
  9-      Fadhlu ahlil bait wa 'uluwwu makaanatihim 'inda ahlis sunnah wal jamaah.
  10-   Al-Inthishoor lish shohaabatil akhyaar war rod 'ala Hasan Al-Maaliki
  11-   Al-Ibroh fii syahrish shoum.
  12-   Ta'liq dan Taqdiim terhadap kitab "Tathhiirul I'tiqood 'an adroonil ilhaad" oleh Imam Ash-Shon'aani dan "Syarhush shuduur fii tahriimi rof'il qubuur" oleh Imam Asy-Syaukaani
 


  Akhlaq Syaikh Al-Abbad
  Beliau sangat berakhlak mulia dan memiliki banyak sifat-sifat terpuji, yang selayaknya bagi para penuntut ilmu untuk meneladaninya. Diantara akhlak beliau yang sangat menonjol adalah :
  1-      Tawadhu'.
  Dari wajah beliau yang bersinar, terpancar sifat tawadhu' yang amat menakjubkan. Didalam majelis ta'lim beliau sering meminta kepada murid-murid beliau untuk membantu beliau dalam mencari sebuah hadits atau ucapan ulama tentang hadits tersebut dan lain sebagainya. Beliau juga tidak segan-segan untuk mengatakan "wallahu a'lam" atau "saya tidak tahu" jika ditanya tentang suatu hal.
  2-   Berhati lembut.
  Diantara yang menunjukkan kelembutan hati beliau adalah isak tangis beliau ketika memberikan komentar terhadap muhadhoroh Syaikh Abdul Aziz As-Sadhan tentang sejarah hidup Syaikh Bin Baz Rahimahullah diaula kampus Universitas Islam Madinah.
  3-   Amanah
  Diceritakan oleh beberapa Syaikh yang pernah belajar kepada beliau bahwa suatu ketika beliau keluar dengan menaiki mobil dinas (Universitas) untuk suatu kepentingan pribadi yang tidak berkaitan dengan urusan Universitas. Maka ketika ingat, beliau segera kembali ke rumah, lalu mengendarai mobil pribadi beliau. Allahu akbar, Alangkah indahnya akhlak ulama !!
  
  Pujian ulama terhadap Syaikh
  1-      Syaikh Muqbil bin Hadi Rahimahullah pernah ditanya : "Siapa ulama Saudi Arabiah yang anda anjurkan untuk diambil ilmunya. Dan alangkah baiknya jika anda sebutkan nama-nama mereka kepada kami? Beliau lalu menjawab : "Adapun yang saya nasehatkan untuk diambil ilmunya dan saya kenal mereka adalah : Syaikh Abdul Aziz bin Baz â?"hafizhahullahu-, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin â?"hafizhahullahu-, Syaikh Robi' bin Hadi â?"hafizhahullahu-, Syaikh Abdul Muhsin Al-'Abbad â?"hafizhahullahu-[7]â?¦
  2-      Redaksi majalah Al-Asholah (Syaikh Muhammad Musa, Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaali, Syaikh Ali bin Hasan dan Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman â?"hafizhahumullahu-) mengatakan dalam edisi 42 tahun 1424 H dengan judul 'kalimatun tusaawi alfan" (satu kalimat sama dengan seribu) "â?¦kata-kata tersebut muncul dari seorang alim yang luar biasa. Seorang alim yang daging dan darahnya telah menyatu dengan kecintaan kepada ilmu serta pengagungan terhadap Al-Qur'an dan sunnah. Dia telah banyak makan garam (dalam dakwah-pent) dan pernah sezaman (berkumpul) dengan para kibarul ulamaâ?¦.Sesungguhnya yang mendorong kita untuk berbicara seperti ini adalah apa yang telah kami baca dari ucapan seorang yang arif (bijaksana), dari seorang ulama yaitu ustadz kita Syaikh Al-'Allamah Al-Muhaddits Abdul Muhsin Al-'Abbad Al-Badr â?"hafizhahullahu wa ajzala matsuubatahu- dalam kitabnya yang bermanfaat sekali ' Rifqon ahlas sunnah bi ahlis sunnah '.
  3-      Adapun Syaikh Ali bin Hasan â?"hafizhahullahu- pribadi, beliau sering kali menyebut nama Syaikh dengan baik dalam tulisan-tulisan beliau dan menyebutnya dengan sebutan ustadzuna (ustadz kami) seperti dalam footnote "Ar-roddu Al-Burhaani" hal.75 bahkan beliau menyebut Syaikh sebagai kibar ulama seperti Syaikh Bin Baz dan Ibnu 'Utsaimin dalam halaman itu juga.
  
  Wasiat Syaikh kepada mahasiswa universitas Islam Madinah
 

Kepada saudaraku yang mulia â?"semoga Allah menjagamu-
 
Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu
 
Sesungguhnya saya memuji Allah yang telah menunjukkanmu kepada jalan kebaikan, hingga engkau bisa sampai di Universitas Islam Madinah dalam rangka menuntut ilmu agama serta berbekal ketakwaan di kota Rasul r dan Dialah yang telah meluruskan langkahmu dengan keutamaan-Nya. Sekarang engkau telah menyelesaikan studimu di Universitas ini dan telah meraih ijazah (LC) pada tahun ini 1396 H/1995 M. Maka berarti engkau telah mengibarkan bendera jihadmu untuk berdakwah di jalan Allah, menunjukkan manusia serta meluruskan jalan hidup mereka demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
 
Sebagaimana yang engkau ketahui bahwa tugas jihad (dakwah) merupakan harapan Universitasmu ini dan dia merupakan cita-citamu sebelum engkau berangkat dari negrimu, sebelum kau meninggalkan keluarga serta berjuang keras selama bertahun-tahun dan sekarang kau telah mencapainya. Dakwah adalah semulia-mulia harapan dalam hidupmu dan berbuat untuk mewujudkannya adalah sebaik-baiknya perbuatanmu. Setiap usaha yang kau tujukan demi dakwah lebih berpahala dan mulia dibanding dengan segala usahamu yang lain. Cukuplah dalam hal ini apa yang dipahami oleh hatimu tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : Artinya : "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"" (QS.Fushshilat : 33).
 
Maka yang wajib bagimu -wahai saudaraku yang mulia- adalah engkau mempersiapkan diri dan membulatkan tekad untuk menjalankan dakwah ini sesuai dengan kemampuanmu, dimana saja engkau berada dan apapun pekerjaan yang engkau tekuni.
 
Wajib bagimu untuk menjadi suri tauladan yang baik bagi orang lain dalam aqidahmu, akhlak, perbuatan dan ucapan serta dalam segala segi kehidupanmu. Hendaklah engkau menjadi pemimpin yang amanah bagi sekelilingmu, serta da'i yang bijaksana bagi masyarakatmu dengan berlandaskan Al-Qur'an, Sunnah dan jalannya para salafush sholeh. Janganlah engkau mengharap dari perbuatanmu itu melainkan keridhoan Robbmu, agar Dia selalu memberimu petunjuk dan menolongmu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman : Artinya : "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS.Al-Ankabut : 69)
  
  Ingatlah selalu, bahwa engkau adalah seorang imam/pemimpin yang selalu didengar ucapanmu dan diikuti perbuatanmu. Dan sesungguhnya engkau adalah seorang syuhada'. Maka lihatlah dirimu itu sebagai syuhada' apa? Maka wujudkanlah hal tersebut dan hendaklah engkau betul-betul memahami tanggung jawabmu ini serta berpegang teguh dengannya.

Wahai saudaraku yang mulia, hendaklah engkau selalu berhubungan dengan Universitasmu yang telah berjasa kepadamu dan teman-temanmu, yang telah memikulkan tugas dakwah kepunggung kalian diatas ilmu dan dia selalu bersama dan membantu kalian. Dia selalu mengharap keberhasilanmu dalam setiap langkah dakwahmu di jalan Allah.
 
Kuatkanlah tali persaudaraanmu dengan keluarga besar Universitas dan tolong-menolonglah kalian semua dalam memikul risalah Islam ini, Artinya : "dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu." (QS.Muhammad : 35).
 
Semoga Allah selalu memberimu taufik dan senantiasa menolongmu serta meluruskan setiap langkahmu ke jalan kebenaran.
 
Wassalamu 'alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu
 
Wakil rektor Universitas Islam Madinah
  Abdul Muhsin bin Hamad Al-'Abbad
  
  --------------------------------------------------------------------------------

[1] Penulis belum menemukan referensi biografi beliau dan belum didengar atau dijumpai ada yang menulis tentang biografi Syaikh. Yang ditulis disini kebanyakan adalah apa yang pernah dilihat dan didengar selama penulis duduk di majelis beliau selama kurang lebih 5 tahun. Dan semua ini sebagai bentuk kecintaan penulis terhadap Syaikh seperti yang dikatakan oleh Imam Syafi'I :
 
"Aku cinta kepada orang-orang sholeh, meskipun aku bukan termasuk mereka". Hal ini juga untuk meluruskan opini sebagian orang yang menganggap Syaikh masih belum matang keilmuan dan manhajnya, bahkan ada juga yang meremehkan serta mencela beliau. Nas-alullaha as-salaamata wal 'aafiyata.
 
[2] Dinukilkan dari "'Awaaiquth tholab" oleh Syaikh Abdus Salam bin Barzas bin Abdul Karim Rahimahullah hal.25-26.
 
[3] Memang belum pernah penulis mendengar bahwa beliau menyebut Syaikh Al-Albani dengan sebutan Syaikh kami, seperti ketika beliau menyebut nama Syaikh Bin Baz Rahimahullah dan Syaikh Amin Asy-Syinqithi Rahimahullah. Tapi ini berdasarkan apa yang disebutkan oleh Abu Asma' Athiyah bin Shidqi Ali Salim dalam "Sofahaatul baidho'"
 
[4] Ini diantara buku yang amat dibenci oleh orang-orang Harokah dan Sururiyyin atau yang terpengaruh dengan mereka, karena buku tersebut membongkar kedok tokoh mereka seperti Salman Al-Audah, Aidh Al-Qorni, Safar Hawali dan lain-lain. Sebagian mereka menuduh bahwa Syaikh Abdul Muhsin yang telah memuji buku tersebut tidak pernah membacanya. Ini adalah kedustaan yang nyata, karena Syaikh mengatakan sendiri dalam majelis-majelisnya bahwa beliau telah membacanya dua kali. Hal ini juga dicantumkan oleh pengarang kitab dalam cetakan keempat Maktabah Al-Furqon.
 
[5] Hal ini seperti yang dikatakan sendiri oleh Syaikh Abdul Muhsin dalam risalahnya "Al-Hatstsu 'ala ittibaais sunnah" hal. 70 (meski hanya dengan isyarat). Tapi sangat disayangkan ada yang membalikkan fakta dengan mengatakan bahwa Syaikh Abdul Muhsin adalah murid Syaikh Robi'. Dan lebih parah lagi mereka yang mengatakan seperti itu bertujuan merendahkan kedudukan Syaikh Abdul Muhsin â?"hafizhahullahu-. Semoga Allah menetapkan kita diatas metode para ulama Ahlu sunnah dan mengumpulkan kita bersama mereka disurga Firdaus-Nya-.
 
[6] Dengan munculnya buku ini, sebagian orang yang tidak suka dengan Syaikh dari kalangan Hizbiyyun (Harokah) atau yang lainnya menuduh bahwa manhaj beliau telah berubah dan luntur. Tapi ini hanyalah dzon (prasangka) mereka saja, artinya: "Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran." (QS.An-Najm : 28). Beliau membantah sendiri tuduhan mereka tersebut dengan mengatakan bahwa kitab "Rifqon ahlas sunnah bi ahlis sunnah" bukan untuk orang-orang Ikhwanul Muslimin, bukan untuk Quthbiyyin (pengkultus Sayyid Quthub) dan bukan untuk mereka yang selalu menggembar-ngemborkan fiqul waqi'. Tapi buku tersebut adalah nasehat untuk ahli sunnah (salafiyyun). Hal ini penulis dengar langsung pada saat tanya jawab pelajaran kitab "Syarhush shuduur bitahriimi rof'il qubuur" oleh Imam Syaukani Rahimahullah di masjid Nabawi sekitar tanggal 8/5/1424 H. Maka takutlah mereka dari merendahkan/mencaci-maki para ulama (para wali Allah). Nabi r bersabda dalam hadits qudsi :
 "Barangsiapa yang memusuhi wali-wali-Ku maka Aku mengumumkan perang kepadanyaâ?¦" (HR.Bukhori)
 
[7] Tuhfatul mujiib 'ala as-ilatil haadhir wal ghoriib hal.167. Adapun Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, mereka berdua telah meninggal dunia â?"rahimahumullahu wa adkholahum fi fasiiha jannatihi-.

Beliau adalah al-Allamah al-Muhaddits al-Faqih az-Zahid al-Wara' asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-'Abbad al-Badr -semoga Allah memelihara beliau dan memperpanjang usia beliau dalam ketaatan kepada-Nya dan memberkahi amal dan lisan beliau-, dan kami tidak mensucikan seorangpun di hadapan Allah Azza wa Jalla.
  
  Beliau lahir di 'Zulfa' (300 km dari utara Riyadh)  pada 3 Ramadhan tahun 1353H. Beliau adalah salah seorang pengajar di Masjid Nabawi yang mengajarkan kitab-kitab hadits seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud dan saat ini beliau masih memberikan pelajaran Sunan Turmudzi. Beliau adalah seorang 'Alim Robbaniy dan pernah menjabat sebagai wakil mudir  (rektor) Universitas Islam Madinah yang waktu itu rektornya adalah al-Imam Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-.



  Beliau sangat dekat dengan al-Imam al-Allamah Abdul Aziz bin Bazz -rahimahullahu-, bahkan karena kedekatan beliau dengan al-Imam, ketika Imam Bin Bazz tidak ada (tidak hadir) maka Syaikh Abdul Muhsinlah yang menggantikan beliau, sehingga tak heran jika ada yang mengatakan bahwa Universitas Islam Madinah dulu adalah Universitasnya Bin Bazz dan Abdul Muhsin.



  Semenjak kecil beliau telah biasa berkutat dengan ilmu, sehingga ketika beliau telah menginjak dewasa, tampak pada beliau perangai dan skill sebagai seorang muhadits yang ulung, yang sering dirujuk oleh masyaikh dan thullabul ilmi lainnya. Kedekatan beliau dengan masyaikh kibar telah mengukir keilmuan beliau hingga saat ini, dimana usia beliau saat ini kurang lebih 73 tahun dan beliau masih sanggup untuk memberikan muhadharah dan nasihat dan menyampaikan pelajaran hadits (terutama Sunan Abi Dawud) baik riwayah maupun dirayah. Beliau juga masih menjadi dosen di Universitas Islam Madinah dengan izin khusus kerajaan yang mana hal ini menunjukkan kesungguhan beliau dalam berdakwah dan menuntun ummat ke jalan yang lurus dan benar.



  Diantara guru-guru beliau adalah :

    1.. al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim -rahimahullahu-
    2.. al-Allamah Abdullah bin Abdurrahman al-Ghaits -rahimahullahu-
    3.. al-Allamah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz -rahimahullahu-
    4.. al-Allamah asy-Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithy -rahimahullahu-
    5.. al-Allamah asy-Syaikh Abdurrahman al-Afriqy -rahimahullahu-
    6.. al-Allamah asy-Syaikh Abdur Razaq Afifi -rahimahullahu-
    7.. al-Allamah asy-Syaikh Umar Falatah -rahimahullahu-
  dan masih banyak lagi. Yang disebutkan di atas adalah guru-guru beliau yang paling mempengaruhi diri beliau.

  Beliau memiliki banyak karangan dan rekaman kaset-kaset ilmiah yang melimpah, diantara karya tulisnya adalah :

  -          'Isyruuna Hadiitsan min Hadiitsil Bukhaariy

  -          'Isyruuna Hadiitsan min Shohihil Imam Muslim

  -          Min Akhlaaqi Rasulil Kariim

  -          Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah fish Shahabatil Kiram

  -          Fadhlu Ahlil Bait wa Uluwwu Makanatihim 'inda Ahlis Sunnah wal Jama'ah

  -          Aqidah Ahlus Sunnah wal Atsar fil Mahdi al-Muntazhar

  -          Ar-Raddu 'ala ar-Rifa'iy wal Buthy

  -          Al-Intisharu lishahaabati al-Akhyar fi raddi abathil Hasan al-Maliki

  -          Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Bazz rahimahullahu namuwdzaj minar Ra'iylil Awwal

  -          Asy-Syaikh Umar bin Abdirrahman Falatah wa kaifa araftuhu

  -          Al-Ikhlash wal Ihsan wal Iltizaamu bisy-Syari'ah

  -          Fadhlul Madinah wa Aadabu Sukkanaha wa Ziyarotiha

  -          Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah

  -          Bi ayyi aqlin yakunu tadmir wa tafjir jihaadan

  -          Fathu Qowiy al-Matin Syarh Arba'in Nawawi

  -          Syarh Hadits Jibril fi ta'limis dien

  -          Kaifa Nastafiidu min Sunnati Nabawiyah

  Dan masih banyak lainnya. Beliau juga memiliki banyak kaset-kaset ceramah yang terekam, diantaranya adalah :

  -          Syarh Mukhtashor Alfiyyah as-Suyuthi (57 Kaset)

  -          Al-Qirwaniyyah (14 Kaset)

  -          Syarh Shahih al-Bukhary (623 kaset dan belum selesai)

  -          Sunan an-Nasa`iy (414 kaset)

  -          Sunan Abi Dawud (272 kaset/3 CD)

  -          Kitabush Shiyam min Lu'lu' wal Marjan (7 kaset)

  -          Aadabul Masyi ilash Sholah (14 kaset)



  Dan masih banyak lainnya lagi. Ilmu dan waktu beliau benar-benar berkah, apalagi di usia beliau yang lebih dari tujuh puluh, beliau masih sempat dan sanggup memberikan nasehat beliau bagi generasi muda salafiyin.

  Beliau memiliki putra yang juga 'alim yang bernama Syaikh Abdur Razaq bin Abdul Muhsin al-Abbad, yang produktif dan cemerlang. Beliau memiliki banyak murid, diantaranya adalah :

    1.. Syaikh al-Allamah Rabi' bin Hadi al-Madkhaly
    2.. Syaikh al-Allamah Ubaid al-Jabiry
    3.. Syaikh al-Allamah Abdul Malik Ramadhani al-Jazairy
    4.. Syaikh al-Allamah Sulaiman ar-Ruhaily
    5.. Syaikh al-Allamah Ibrahim ar-Ruhaily
  Dan masih banyak lagi.


  Tidak diragukan lagi, beliau adalah 'Alim Robbaniy saat ini yang dianggap paling senior. Namun, sungguh tak beradab, tatkala Syaikh al-'Alim ini dicerca bahkan direndahkan oleh sebagian manusia-manusia yang tak tahu diri yang masih ingusan namun merasa sok alim. Mereka merendahkan dan menjatuhkan kewibawaan Syaikh dengan menyatakan bahwa Syaikh Abdul Muhsin bermanhaj tamyi' (lunak terhadap ahlul bid'ah) atau  tidak faham realita saat ini (tuduhan ini seperti pendapatnya sururiyin yang menyatakan ulama tak faham waqi'/realita) tentang beberapa perkara fitnah dimana Syaikh Abdul Muhsin memiliki sikap yang berseberangan dengan beberapa masyaikh.



  Mereka, para pemuda ingusan yang ghuluw tersebut, dengan kedangkalan ilmunya dan dibakar oleh semangat jahiliyahnya, berani mencela risalah Syaikh yang berjudul Rifqon Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah, dan mereka mengutip perkataan beberapa masyaikh kiram (yang mulia) tentang dilarangnya menyebarkan risalah ini. Wallahul musta'an.



  Fal hamdulillah, Syaikh yang mulia ini bangkit dan mengklarifikasi isi risalahnya terdahulu dari para pengkritik, bahkan beliau mentahdzir salah seorang murid beliau yang menurut beliau sudah berlebihan dalam bersikap. Maka, risalah al-Hatstsu 'ala ittiba`is Sunnah wa tahdzir minal bida' wa bayaanu khatharaha ini muncul dan beredar, menunjukkan kekokohan manhaj Syaikh yang diperpeganginya sebagaimana manhajnya guru-guru beliau terdahulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar